Cari Blog Ini

Senin, 08 Juni 2015

Cerpenku yang mendapat apresiasi Juara ketiga ^_^



 
“Memeluk Mimpi di Langit Asa”
Oleh: Agustin Azzahra


Dimuat dalam Antologi Cerpen bersama Penerbit Bintang Pelangi
 

Allah… aku tahu aku hanyalah hamba-Mu yang dhoif,
Aku hanya bisa berencana,
Engkaulah yang menentukan segalanya,

Namun jika aku boleh berharap,
Aku ingin rencanaku bisa terlaksana,
Aku ingin menggapai impian dan cita-citaku,
Aku tahu pasti akan ada rintangan dan hambatan yang akan aku lalui,
Satu pintaku, aku mohon kuatkanlah aku,
Berikanlah aku kesabaran dalam menghadapi segala ujian-Mu,
Berikanlah aku kemantapan hati bahwa ini adalah langkah yang harus kujalani,
Sampai mimpi itu aku gapai,
Yakinkanlah niat tulus ini,
Karena aku yakin Engkau tak akan pernah membiarkan hamba-Mu bersedih,
Aku akan terus bermimpi, karena Engkau akan memeluk mimpi-mimpiku…
Xxx
Mimpi. Setiap individu punya hak untuk bermimpi. Bahkan Andrea Hirata pernah mengatakan di dalam novelnya: Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Oleh karena itu, di sinilah aku berada sekarang, di perantauan, di kota asing demi tujuan satu. Menggapai mimpiku.
Aku bukan orang kaya, aku berasal dari keluarga sederhana. Ayahku hanya pedagang kecil-kecilan, ibuku hanya ibu rumah tangga. Namun aku punya satu tekad, keteguhan hati, dan niat untuk meraih asa. Ketika lulus dari SMA, ketika teman-temanku sudah sibuk dengan pendaftaran di berbagai universitas, aku hanya tersenyum pilu. Sedih, kecewa, rasa putus asa pernah menghantuiku. Aku sedih karena aku tak bisa meneruskan pendidikanku. Aku  kecewa kenapa pemerintah tidak memperhatikan nasib generasi muda sepertiku yang ingin terus menuntut ilmu. Aku pun pernah merasa putus asa mungkin mimpiku ini hanya khayalan dan bunga tidur belaka.
“Ya Rabb, jika aku boleh meminta, aku hanya ingin terus belajar, aku ingin menggapai mimpiku, aku ingin membahagiakan kedua orangtuaku.” Rintihku di setiap doaku.
Allah tak pernah tidur. Allah pasti mendengar doa hamba-Nya. Namun Allah punya cara sendiri untuk memberikan apa yang kita mau. Ya. Aku memang belum bisa melanjutkan kuliah. Tapi bagaimanapun azzam ini sudah terpatri kuat dalam dada. Aku harus kuliah. Aku harus bisa bangkit dari keterpurukanku, maka aku memutuskan bekerja. Mencari dana untuk membiayai kuliahku.
Xxx
“Kamu kuat ya Nis. Pagi bekerja, malam kuliah. Begitu setiap hari. Kalau aku, sudah remuk badanku.” Kata Salsa ketika kami sedang istirahat di kantin kampus.
“Ya inilah satu-satunya jalan Sa agar aku bisa mencapai cita-citaku. Aku ingin menjadi pendidik yang dengan ikhlas mengabdi demi anak didikku nanti.”
“Terkadang memang banyak teman-teman kita di luar sana yang juga ingin kuliah, namun keadaan yang belum mengijinkan.”
“Nah itulah makanya kita harus pandai-pandai bersyukur. Kamu yang tak perlu mengeluarkan keringat demi terus kuliah. Hanya fokus kepada pelajaran saja. Aku pun harus bisa bersyukur karena aku masih bisa kuliah meskipun harus dengan cara membanting tulang. Kita harus saling menguatkan Sa. Karena perjalanan kita ke depan masih sangat jauh. Kita baru semester empat. Baru separuh perjalanan.”
“Iya Nis. Sudah banyak kawan-kawan kita berguguran satu demi satu karena tak kuat dengan cobaan yang dihadapi. Jangan sampai cita-cita kita pun kandas di tengah jalan.”
“Benar. Hanya azzam dan keteguhan hati yang bisa menghadapi berbagai cobaan yang datang. Ayo kita sama-sama berjanji, kita masuk kuliah bareng, maka wisuda nanti pun kita harus bareng.” Aku memberikan jari kelilingku lalu disambut oleh Salsa.
“Aku janji.” Katanya dengan tersenyum. Lalu dia melanjutkan, “Nisa sudah ada rencana setelah kita lulus dari LEPISI ini?”
Aku sejenak terdiam.
“Ada satu tempat yang aku impikan Sa. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa ke sana. Meneruskan jejak mimpiku.” Kataku dengan tatapan jauh ke depan.
“Di mana itu Nis?”
“Di Al-Azhar, Mesir.” Jawabku dengan mantap.
“Subhanallah. Kamu sudah berpikir sejauh itu Nis. Kalau aku malah belum punya rencana apapun.”
“Kau tahu tidak sejarah peradaban Mesir, bahwa Universitas Al-Azhar adalah universitas Islam tertua di dunia dan terlengkap untuk belajar hukum Islam. Jika di sini aku mendalami bahasa Inggris untuk memudahkanku berkomunikasi di sana, maka aku ingin menambah ilmu agamaku di Al-Azhar. Aku ingin menjadi teladan yang baik untuk murid-muridku. Dan di Al-Azhar itulah aku yakin tempat yang pas untuk aku menimba ilmu.”
“Tapi di daerah sini pun banyak Universitas Islam yang bagus Nis. Apa tidak terlalu jauh jika harus ke Mesir?” saran Salsa.
“Kamu benar. Namun bukan hanya karena tempat menimba ilmunya saja yang bagus di Mesir, akan tetapi Mesir itu adalah Negara yang punya banyak sekali tempat-tempat kuno dan menarik untuk kita kunjungi. Yang pertama adalah salah satu dari keajaiban dunia dan menjadi kebanggaan Mesir, yaitu Patung Sphinx yang berbentuk setengah manusia setengah singa dengan panjangnya sampai 73,5 meter dan tinggi 20 meter. Letaknya satu area dengan Pyramid of Giza, di kota Kairo, sebelah barat sungai Nil. Dengan mengunjunginya kita akan mendapatkan banyak ilmu dan hikmah tentang kisah Fira’aun dan Nabi Musa.”
“Kedua, aku ingin merasakan indahnya kota Alexandria (Iskandariyah), karena kota ini terkenal dengan suasananya yang romantis. Di dalam kota ini juga terdapat banyak bangunan tua, seperti istana, masjid, dan perpustakaan tua dengan arsitektur ala Persia. Dan pastinya juga di sana ada banyak pantai, seperti pantai Qaibay dan Pantai Montaza. Pokoknya Alexandria is beautiful.” Salsa manggut-manggut sok ngerti.
“Jadi pengen kesana ya Nis.” Aku pun mengangguk.
“Iya pastinya Sa. Kita juga bisa mengambil pelajaran dari keajaiban Allah yang bisa menghadirkan sungai Nil di antara daratan yang tandus. Coba kita bayangkan jika tidak ada sungai Nil di sana, pasti Mesir hanyalah gurun pasir yang panas dan gersang. Oleh karena itu, kehadiran sungai Nil sangat berarti bagi penduduk di sana. Sungai Nil bisa membuat tanah di sekitarnya menjadi subur dan penduduk Mesir bisa mengembangkan pertanian.”
“Allah Maha Kuasa ya Nis. Memang benar katamu. Mesir itu harus kita kunjungi. Kamu hebat bisa tahu lebih banyak tentang Mesir.” Kata Salsa dengan mata berbinar.
“Sekarang kan lewat media apapun bisa kita gunakan untuk menimba ilmu Sa. Makanya jangan kerjaannya cuma chattingan saja, sekali-kali tambah wawasan.” Ledekku.
Salsa pura-pura cemberut. “Kan gak keseringan juga chattingannya Nis. Hehehe…” dia berkilah. “Tapi, aku doakan mudah-mudahan impianmu segera terwujud ya. Jangan lupa ajak aku pula ikut ke sana.” Lanjutnya.
“Aku mohon doanya ya Sa. Karena aku yakin Allah itu Maha Mengetahui. Allah itu mendengar pembicaraan kita. Namun, Allah menunggu waktu yang tepat untuk memberikan kado terindah untuk hamba-Nya.”
“Aamiin. Mari kita terus bermimpi!” Salsa berkata lantang. Aku membalasnya dengan senyum tulus.
“Lalu, setelah kamu mendengar mimpiku, sudah terbersit di dalam benakmu, apa impianmu?” aku bertanya padanya.
“Aku belum berani bermimpi sepertimu Nis. Aku masih terlalu takut untuk  berkhayal. Namun yang pasti selepas lulus S1, aku akan terus melanjutkan S2. Walaupun bukan di luar negeri, aku berharap aku bisa meneruskan kuliah di UI.” Kata Salsa dengan tersenyum.
“UI juga tempat yang sangat pantas untuk kita menimba ilmu. Walaupun sekarang kita hanya bisa kuliah di perguruan tinggi swasta, kita jangan malas-malasan. Justru dari sinilah kita harus memantapkan diri untuk mengukir prestasi, karena di luar sana pasti banyak beasiswa menanti.” Salsa pun mengangguk mengiyakan.
Lalu lanjutku, “Coba lihatlah langit di atas sana, banyak bintang-bintang yang menjadi saksi mimpi kita. Dan bila suatu hari mimpi kita telah terwujud, maka ingatlah selalu momen kita saat memandang bintang di langit sebagai saksi mimpi kita.”
“Iya Nis.”
Kami pun saling tersenyum bahagia.
Allah. Genggam erat mimpiku dan mimpi Salsa. Biarkan kami tetap merangkulnya dalam ingatan kami. Jika suatu saatnya tiba, aku harap Engkau akan menaburkan mimpi-mimpi kami pada saatnya yang tepat. Aku yakin Engkau tak akan biarkan kami kecewa.
Mesir. Tunggu aku menjejakkan kakiku di tanahmu. Entah itu kapan tiba masanya, aku tak akan pernah berhenti berdoa dan berusaha. Sama seperti yang akan Salsa lakukan untuk mewujudkan mimpinya. Karena di dalam dada kami terus bergemuruh gejolak mimpi yang tetap bersinar.
Xxx

1 komentar: